About Me

Foto saya
tangerang, Banten
aq adlh org maluku asli walaupun msh ad darah betawi n belanda tp aq lebih senang bl m'artikan diri ku ini org ambon........ karna m'nurut aq orang ambon lebih pny rasa prsaudaraan yg kuat dr pada smw suku d indonesia dan walaupun org ambon tdk knl sapa sdr2 na yg ad d negri kincir angin tp disana mereka lebih tahu silsilah keluarga mereka d tanah pattimura..... Jd saya bangga jd org Maluku n Indonesia

Selasa, 28 Juli 2009

Fenomena

Rabu, 22 Juli 2009

Gereja Hutumuri 3 nov (8)
Gereja Hutumuri 3 nov (13)
Gereja Hutumuri 3 nov (2)
Gereja Hutumuri 3 nov (3)
Gereja Hutumuri 3 nov (5)
Gereja Hutumuri 3 nov (6)
Gereja Hutumuri 3 nov (7)

Gereja Hutumuri 3 nov (16)

Sekilas Wajah Kampung Ambon

Aparat Berjaga di Kampung Ambon

Aparat Berjaga di Kampung Ambon

Jakarta, Selintas Kampung Ambon seperti perkampungan warga perantauan di Jakarta lainnya. Padat dan sedikit homogen dari sisi etnis. Sejumlah pemuda berwajah khas timur Indonesia berlalu-lalang dari gang ke gang. Puluhan ekor anjing turut meramaikan 3 jalan utama di Jl Safir, Mirah dan Kristal.

"Kita tinggal di sini sejak puluhan tahun lalu," kata Wakil Ketua RW 7 Kedaung, Cengkareng, Jakarta Barat, Jimmy Pasania, Senin (2/3/2009). Menurut Pasania, Kampung Ambon mulai ramai saat perkampungan Ambon di sekitar di Kwitang, Jakpus, digerus petugas. Para perantau asal Ambol memilih minggir ke daerah Kedaung, di tepi sungai Cengkareng Drain.

"Kami semua patuh hukum. Tidak benar ada pandangan di kampung ini sarang narkoba," sangkal Pasania saat dimintai tanggapan tentang kampungnya.

Namun, pandangan miring warga luar terhadap kampungnya sangat terasa sepanjang Cengkareng Drain. Saat mencari alamat tersebut di ujung jalan Daan Mogot, sejumlah pengojek yang ditanya langsung berubah air muka. Mereka terlihat serius dan sedikit takut. Kemudian memberi petunjuk arah dengan sekenanya.

Konon, di Kampung Ambon siapa saja bebas bertransaksi narkoba. Peredaran barang haram tersebut berjalan rapi karena disusun oleh semua warga masyarakat dan semuanya saling melengkapi. Dari tukang ojek, petugas keamanan, ibu-ibu, pemuda, dan si pengedar sendiri.

Saking rapinya, razia narkoba di lokasi ini harus dilakukan sampai level Polda dan Mabes Polri. Kalau hanya setingkat Polsek atau Polres, polisi memilih putar balik daripada digebuki warga yang meneriaki maling.

"Ini memang target utama kami. Sarang narkoba," ucap Sekretaris Badan Narkotika Kotamadya (BNK) Jakarta Barat, Suhardin.

Mendirikan posko antinarkoba di sarang penjahat membutuhkan tenaga ekstra. BNK perlu mengajak polisi, satpol PP, TNI dan aparat birokrasi di lapangan. Total jenderal, jumlah petugas yang diturunkan mencapai ratusan.

Petugas menggunakan 5 truk untuk memobilasi kekuatan. Juga kendaraan dinas lapangan yang jumlahnya berderat memanjang sekitar 100 meter di pinggiran kali Cengkareng Drain.

"Kami tidak ingin kecolongan. Ini harus dibangun untuk meminimalisir peredaran narkoba," sergah Suhardin.

Posko BNK Dibangun di Kampung Ambon


purwoko
BERITAJAKARTA.COM — 02-03-2009 15:21
Untuk memberantas peredaran narkoba di Kelurahan Kedaung Kaliangke, Cengkareng, Jakarta Barat, Badan Narkotika Kota (BNK) Jakarta Barat mendirikan posko terpadu BNK. Peletakan batu pertama posko yang didirikan di RT 005/07 ini dilakukan oleh Walikota Jakarta Barat, Djoko Ramadhan, Senin (2/3).

walikota menegaskan, pembangunan posko terpadu BNK ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat untuk memberantas peredaran narkoba di wilayah Jakarta Barat. "Posko terpadu ini dibuat dengan tujuan mengayomi warga, terutama dari bahaya narkoba. Kasihan kan anak-anak kita kalau tidak dilindungi dari peredaran narkoba," ujar Djoko.

Mantan Bupati Administrasi Kepulauan Seribu itu menjelaskan, sejauh ini komplek Permata atau lebih dikenal sebagai Kampung Ambon masih tercatat sebagai wilayah yang paling rawan terhadap peredaran narkoba. Karenanya, posko terpadu BNK dibangun di tengah komplek ini. Dengan berdirinya posko ini, Djoko Ramadhan, berharap warga turut terlibat dalam menjaga keamanan lingkungan, khususnya mengatisipasi peredaran narkoba di wilayah ini. Sehingga, citra negatif Kampung Ambon sebagai daerah rawan peredaran narkoba bisa dihilangkan.

"Melalui posko ini keamanan masyarakat dan juga ketertiban lingkungan Kampung Ambon diharapkan bisa lebih terpantau. Dalam operasinya, selain melibatkan unsur pemerintah seperti Polri, TNI, BNK, dan Kelurahan, pengawasan peredaran narkoba di wilayah ini juga akan melibatkan masyarakat sekitar," katanya.

Posko terpadu BNK ini, kata walikota, akan dibangun menjadi dua lantai. Lantai satu akan difungsikan sebagai pos terpadu, sedang lantai dua untuk ruang serbaguna. Sehingga, masyarakat bisa menggunakan ruang serbaguna ini untuk berbagai macam kegiatan seperti silaturahmi, sosialisasi, dan rapat warga. Pembangunanya ditargetkan selesai dalam dua bulan ke depan. "Jadi posko ini sepenuhnya untuk kepentingan warga," tuturnya.

Selain membangun posko, ujar Djoko, ke depan Pemkot Jakbar juga akan memperbaiki lapangan basket yang sudah rusak di areal komplek Permata tersebut. Bahkan, Pemkot Jakbar juga akan membangun taman interaktif yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau (RTH). "Kita akan bangun lokasi ini menjadi sarana terpadu yang mencakup infrastruktur, penghijauan, kesehatan, dan sosial budaya," terangnya.

Lurah Kedaung Kaliangke, Asmaran Abdulah, menambahkan, posko terpadu BNK ini dibangun di atas lahan seluas 500 meter persegi. Adapun luas bangunan posko BNK yaitu 132 meter persegi. Sedangkan sisanya akan digunakan untuk sarana olahraga berupa lapangan basket dan taman RTH. "Selama ini lahan tersebut memang kurang bisa difungsikan dengan baik. Kehadiran posko dan sarana olahraga ini diharapkan bisa memperindah kawasan Kampung Ambon," pungkasnya.

Unjuk Rasa Penolakan Tidak Terbukti


Sayangnya rencana baik ini tidak didukung warga. Konon, sebagian warga Kampung Ambon tidak setuju dan berencana menggelar demo saat pelaksanaan peletakan batu pertama. Beruntung, desas-desus tersebut sejauh ini tidak terbukti. Bahkan sejak pagi, kawasan yang dikenal sebagai daerah rawan peredaran narkoba ini tampak tenang. Tidak terlihat kerumunan massa ataupun tanda-tanda akan adanya unjuk rasa.

Kendati demikian, berdasarkan pantaun beritajakarta.com, di sepanjang jalan menuju lokasi pembangunan posko BNK terlihat banyak coretan tulisan dengan menggunakan pilok yang bernada penolakan. Misalnya, sebuah tulisan di tembok rumah warga yang berbunyi "Kami Menolak Pembangunan Pos di Tanah Kami". Tulisan besar itu dibuat menggunakan cat pilok berwarna hitam.

"Sebenarnya kami tidak menolak pembangunan posko ini, asalkan warga turut dilibatkan dalam pengoperasianya nanti," ujar Jimi, Wakil Ketua Rw 07 saat berdialog dengan Walikota Jakarta Barat, Djoko Ramadhan.

Jimi mengakui, ada sebagian warga yang merasa keberatan dengan adanya posko terpadu BNK ini. Sebab, dengan adanya posko terpadu ini, dikhawatirkan akan mengekang kebebasan warga, apalagijika warga tidak dilibatkan. "Kalau sampai warga tidak boleh menggunakan posko ini, lihat saja nanti," ketus Jimi.

POLISI JANGAN MAIN SERBU KAMPUNG AMBON

Kampung Ambon kawasan yang terkenal sebagai sarang Narkoba ini diserbu Polisi Kamis petang (7/2/) kemarin. Namun bukannya pengedar dan barang bukti narkoba yang didapat, Polisi justru diteriaki rampok dan mendapat perlawanan warga.

"Seharusnya polisi tidak main serbu. Masih ada 1.001 cara untuk menangkap para Bandar narkoba di sana," jelas Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala, kepada okezone, Jakarta, Jumat (8/2/2008).

Menurut Adrianus, sebelum melakukan penggrebekan, seharusnya polisi melakukan langkah penyuluhan dan memanggil para tokoh masyarakat yang ada di daerah itu.

"Jika kepolisian mengklaim lebih modern, maka unsur dialog itu harus banyak dikedepankan. Jika tidak, baru diambil langkah-langkah yang lebih keras. Polisi maunya cepat dan pragmatis," imbuh dia.

Selain itu Polisi, kata Adrianus, dapat mengoptimalkan pendekatan intelijen untuk menciduk para pengedar narkoba di kawasan itu. "Kegiatan intelijen kan bisa mengintip, setelah targetnya keluar (kampung) baru diambil," jelas dia.

Adrianus juga menyayangkan adanya wilayah seperti Kampung Ambon di Jakarta. Di Indonesia, lanjut dia, seharusnya tidak ada daerah yang 'nyaman' untuk peredaran narkoba.

"Polisi terlalu lama membiarkan kawasan itu. Sehingga ada unsur gede rasa (geer), percaya diri, dan unsur kekerabatan yang tumbuh untuk melindungi daerahnya dari polisi," pungkas dia.

Sekadar diketahui, Kamis petang kemarin, Polresto Jakarta Barat melakukan operasi narkoba di RW 07 Kompleks Permata Cengkareng, Kelurahan Kedaung Kaliangke, Cengkareng, Jakarta Barat, yang biasa di sebut Kampung Ambon. Namun warga melakukan perlawanan dan sempat melempari petugas dengan batu. Polisi tak menemukan satupun narkoba, namun berhasil menyita mesin judi dan membawa tiga warga ke kantor polisi untuk diperiksa.

500 Petugas Serbu Markas Narkoba

Jakarta-->Markas besar tempat transaksi narkoba di Kampung Ambon, Kedaung Kali Angke, Jakarta Barat, Rabu (31/8) siang diserbu 500 petugas bersenjata siap tembak. Dalam penyerbuan yang mengerahkan anjing pelacak ini, belasan rumah diobrak-abrik dan petugas berhasil menyita ganja 10 kilogram, shabu-shabu, dan alat suntik heroin.

Selain menyita narkoba, petugas yang sebagian besar membawa tameng ini, juga meringkus lima tersangka yang dikategorikan sebagai pengedar kelas kakap. Mereka tersangka Stepanus, 23 tahun, Sino, 23 tahun, Derry, 23 tahun, Sin, 27 tahun, dan Bam, 25 tahun. Tiga tersangka terakhir ini diperiksa urine karena dicurigai habis mengkonsumsi narkoba.

Operasi besar-besaran ini melibatkan Badan Narkotika Provinsi (BNP) DKI Jakarta, Brimob Polda Metro Jaya, Polres Jakarta Barat, Polsek Cengkerang, pihak Kecamatan Cengkareng, dan Koramil Cengkareng. Dalam oprasi ini, petugas membawa mobil khusus pemeriksa urine.

Penyerbuan di markas narkoba ini dipimpin Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Drs Carlo B. Tewu. Operasi dimulai pukul 11:00 dan berakhir pukul 13:00. Operasi ini diduga sudah bocor. Pasalnya, beberapa bandar yang sudah diincar, tidak berada di lokasi. Sehingga belasan rumah yang dicurigai jadi markas transaksi ganja hanya dijaga pria dan wanita tua.

GANJA BERSERKAN

Kompleks Perumahan Permata di RW 07 Kedaung Kali Angke, yang lebih dikenal dengan sebutan Kampung Ambon, dijuluki orang sebagai daerah bisnis narkoba. Kawasan ini sangat angker karena setiap digerebek polisi, penghuninya melempar petugas pakai batu. Bahkan ada yang melepaskan anak panah. Operasi kali ini, dikerahkan 500 petugas bersenjata lengkap. Namun, sebelum petugas datang, beberapa bandar besar keburu kabur.

Dalam penggeberekan ini, sejumlah rumah yang dicurigai dihuni para pengedar ganja disatroni petugas. Misalnya di rumah Matheus, 60 tahun, saat digeledah ditemukan beberapa paket ganja siap jual.”Saya sudah cape menasehati Recky, anak saya. Tapi tidak pernah digubris,” kata Matheus, yang mengaku di kampung itu sebagai sekretaris RT. Petugas tidak berhasil menciduk Recky.

Matheus menerangkan, Recky, 30 tahun, beberapa jam sebelum ratusan petugas datang sudah meninggalkan rumahnya. Untuk penyelidikan lebih lanjut, petugas membawa Ny. Anna, 24 tahun, istri Recky ke Polres Jakarta Barat.

Ketika operasi digelar, jalan utama di perkampungan tersebut ditelusuri petugas dengan membawa anjing pelacak. Upaya mencari barang terlarang di kompleks itu ternyata tidak sia-sia. Ganja yang disita petugas tak hanya dikemas dalam amplop, tapi bertebaran di lantai rumah warga. Di kebon kosong, petugas menemukan tas warna hitam berisi ganja. Sementara di rumah bandar bernama Mickel yang buron, ditemukan 6 kilo ganja. “Kandang ayam juga periksa. Mana tahu mereka simpan ganja di situ,” kata petugas Brimob yang kemudian menemukan puluhan amplop ganja di paralon talang air.

Usai operasi, AKBP (Purn) H. Abdullah, SH, anggota BNP, menjelaskan, pihaknya berhasil menyita 10 kilo ganja, baik yang sudah diracik maupun masih utuh. Barang haram ini ditemukan di Jalan Milan, Jalan Virus, Jalan Berlian, Jalan Intan, Jalan Cempaka, dan di Jalan Safir. Selain ganja, shabu-shabu dan alat suntik, petugas juga menemukan 53 anak panah, golok, parang, dan clurit.

Seorang warga mengaku bernama Hendrik, 35 tahun, menyatakan berterima kasih kepada petugas yang melancarkan operasi narkoba di Kompleks Ambon.”Kami malu. Malu sekali nama kompleks ini tercemar. Kalau bisa lebih sering, Pak,” kata Hendrik.

TEMPAT BANDAR NARKOBA DI JAKARTA

Peta Sebaran Barang Haram

JAKARTA menempati urutan pertama sebagai provinsi pengguna dan pengedar narkoba di Indonesia. Para bandar dan pecandu tersebar di lima wilayah kota madya DKI. Bahkan beberapa wilayah belum bisa ditembus aparat keamanan untuk membongkar sindikat barang haram itu.

Tempat Bandar Terbesar:

  • Kampung Boncos, Kota Bambu, Jakarta Pusat.

    Kampung ini mayoritas dihuni etnis Madura. Sulit ditembus karena solidaritas warganya tinggi.

  • Kampung Jawa, Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
  • Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kawasan terminal Pasar Minggu merupakan pusat peredaran ganja. Di wilayah ini banyak bermukim etnis Aceh.
  • Kampung Ambon, Kedaung, Jakarta Barat.

Menurut Kepala Subbagian Penegak Hukum Badan Narkotika Provinsi DKI, Sri Waluyo, ada tujuh bandar besar yang menjadi target di kampung ini. Namun, aparat masih sulit menembus kampung ini, antara lain karena penduduk bersenjata dan solidaritas warganya sangat tinggi.

Daerah Rawan Narkoba

  • Jakarta Pusat: Mangga Besar, Taman Sari, Tanah Tinggi, Jalan Kartini, Batu Raja, Kampung Bali, Matraman, Rawasari, Bendungan Hilir, Krekot, Kramat Soka, Kemayoran, Menteng Tenggulun, Menteng Pegangsaan, Roxy, Rumah Tahanan Salemba
  • Jakarta Utara: Jalan Deli, Jalan Bhakti, Sunter, Cilincing, Pasar Koja, Kelapa Gading, Kramat Tunggak, Pluit, Warakas
  • Jakarta Timur: Cawang, Cililitan, Matraman, Tegalan, Kramat Jati, Kayu Jati, Berlan, Rawamangun, Pondok Kopi, Penggilingan, Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Lembaga Pemasyarakatan Wanita Pondok Bambu
  • Jakarta Selatan: Tebet, Setiabudi, Blok M, Pasar Minggu, Buncit, Kompleks Kodam, Blok A, Bintaro, Pengadegan, Tanah Kusir, Ciputat, Ciledug
  • Jakarta Barat: Jelambar, Grogol, Angke, Tomang, Kampung Ambon
  • Bandara Soekarno-Hatta

Target Operasi Permukiman Umum

  • Jakarta Pusat: Menteng Pegangsaan, Menteng Tenggulun, Kemayoran, Kelurahan Kebon Kosong; Senen, Kota Bambu
  • Jakarta Utara: Kelurahan Lagoa: Tanjung Priok, Cilincing
  • Jakarta Timur: Kelurahan Kayu Putih, Pulogadung, Kelurahan Klender, Duren Sawit
  • Jakarta Selatan: Pasar Minggu, Palmerah
  • Jakarta Barat: Kelurahan Kedaung: Cengkareng

Polisi Dilawan Jaringan Pengedar

Jajaran Satserse Narkoba Polres Metro Jakarta Barat bentrok dengan anggota jaringan pengedar pengedar narkoba di cengkareng. Jaringan pengedsar narkoba tersebut menyerang petugas dengan berbagai senjata termasuk senjata api. Operasi narkoba yang dilaksanakan jajaran Polres Jakarta Barat Selasa 6 Oktober 2004 dinilai gagal. Kegagalan tersebut gagal dikarenakan sejumlah warga melakukan perlawanan menghadapi petugas yang datang.


Kendati demikian dalam operasi yang dipimpin Kasatserse Narkoba Polres Metro Jakarta Barat Kompol. Tb Ade Hidayat petugas berhasil mengamankan enam tersangka bandar pengedar narkoba masing-masing Faki, Fredi, Richard, Febi, Fredi dan Kornelis. Dari keenam tersangka petugas berhasil mengamankan sejumlah barang bukti berupa 64 paket ganja kering siap edar. Bahkan dari tiga tersangka Fredi, Richard dan febi dari tangan mereka petugas menyita sebanyak tiga amplop ganja kering. Hingga kini keenam tersangka masih diamankan di Mapolsek Cengkareng.

Perlawanan sengit yang dilancarkan warga bersama para bandar narkoba yang sejak lama menjadi target operasi pihak kepolisian itu terjadi di Rw.07 Jalan Kristal Gang Berlian Kedaung Kali Angke Cengkareng. Perlawanan terhadap petugas pecah menjadi bentrokan setelaj petugas menyita 64 paket ganja kering siap edar di tempat kejadian. Khawtir ditangkap bandar dan pengedar narkoba tersebut dibantu warga memberikan perlawnan.

Menurut salah seorang saksi mata Juned 38 tahun bentrokan dipicu ketika sejumlah bandar dan pengedar narkoba dibantu warga berteriak sambil melemparkan batu kearah aparat. Mendapat perlakuan seperti itu aparat kemudian berusaha mengejar warga tersebut. Namun tanpa diduga warga yang sebelumnya hannya menggunakan batu tersebut terlihat mengeluarkan senjata tajam berupa parang dan sejumlah panah beracun. Tak hannya sejumlah warga juga ada menguarkan senjata api rakitan. Saling tembak keudara pun sempat terjadi. Akibatnya sebagian aparat lari berusaha menghindar dari serangan panah beracun dan senjata api itu katanya.

Kasat Narkoba Polres Jakarta Barat, Kompol Tb. Ade mengatakan, operasi yang digelar di Kampung Ambon itu merupakan prioritas utama Kepolisian guna memberantas peredaran narkoba di wilayah tersebut. Dikatakan, selain dikampung Ambon, peredaran narkoba di kawasan Jakarta Barat terdapat di Tangki Tamansari Kampung Gusti Tubagus Angke. Didua tempat tersebut, peredaran narkoba tumbuh subur sejak lama. Tubagus berjanji akan memberantas setiap daerah yang dianggap rawan narkoba.

Tumpas Kampung Ambon yang Bocor


Polisi kembali merazia kawasan Kampung Ambon Cengkareng untuk menangkap bandar narkoba. Namun, operasi bersandi “Tumpas” itu telah bocor terlebih dulu sehingga hanya pelaku kecil yang digelandang ke tahanan.

Sekitar 800 petugas gabungan dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Mabes Polri, Polda Metro Jaya, Brimob, POM TNI, BNN, Badan Narkotika Propinsi (BNP), Polres Jakarta Barat, dan Polsek Cengkareng, telah berkumpul di Polda Metro Jaya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, sejak pukul 04.00 pagi WIB, Sabtu (28/6). Setengah jam kemudian, pasukan dengan sandi “Operasi Tumpas” itu bergerak sesuai dengan tujuan masing-masing. Tiga buah bus penumpang antar provinsi dan puluhan kendaraan jenis roda empat lainnya dikerahkan untuk mengangkut pasukan mencapai lokasi operasi.

Namun, ketika pasukan merangsek masuk ke kawasan Perumahan Permata, Kelurahan Kedaung Angke, Cengkareng, Jakarta Barat, yang juga dikenal sebagai Kampung Ambon, tak ada tanda-tanda kehidupan apalagi perlawanan, seperti yang pernah terjadi awal Februari lalu. Tak ingin operasi dikatakan gagal, pasukan kemudian melakukan penyisiran ke rumah-rumah warga yang telah ditetapkan sebagai target operasi.

Pasukan “Operasi Tumpas” lagi-lagi tak mendapatkan target. Malah, sebagian rumah ditinggal penghuninya, sehingga polisi harus mendobrak masuk untuk menggeledah rumah. Lebih tiga jam bekerja, sejumlah barang bukti didapat, diantaranya adalah ratusan gram narkoba dari jenis ganja dan shabu beserta perlengkapan untuk mengkonsumsinya seperti bong.

Polisi juga mengamankan 9 orang warga yang diduga sebagai pengguna dan pengedar narkoba. Di antara mereka adalah seorang ayah dan anaknya yang sedang hamil 9 bulan. Saat ditangkap, wanita berambut pendek ini meraung-raung dan menolak untuk di tes urine.

“Operasi telah bocor, sehingga target operasi telah keburu menyelamatkan diri. Padahal, pemukiman ini telah dikategorikan sebagai daerah Merah. Jaringan di sini sudah sangat kuat," ujar Brigjen Pol Indradi Thanos, Direktur Narkoba Bareskrim Mabes Polri.

Indradi mengiyakan kemungkinan adanya oknum polisi yang membekingi para pengedar tersebut, sehingga operasi kali itu bocor. "Sekarang sedang kita investigasi," ujar Indradi.

Kampung Ambon merupakan pemukiman yang terdiri dari 9 Rukun Tetangga (RT), yang menjadi tempat tinggal bandar narkoba kelas kakap. Masyarakat sebenarnya telah mengetahui aktivitas para pengedar narkoba tersebut, bahkan mereka kerap melakukan transaksi secara terang-terangan.

Para bandar bahkan tengah membangun sebuah markas yang terbuat dari bambu di atas lahan sekitar 200 meter persegi. Tapi, masyarakat tidak berani bertindak, karena ada oknum petugas polisi yang secara rutin meminta setoran kepada para pengedar, "Aparat juga ikut bermain. Warga takut untuk melapor, malah RT-nya di maki-maki," ujar seorang warga.

Didukung ibu-ibu

Perumahan Permata atau Kampung Ambon memang dikenal sebagai basis narkoba, mulai dari ganja, shabu, ekstasi, putau dan lainnya semua ada. Bila hari sudah malam, setiap sudut jalanan diperumahan itu dengan sekejap berubah menjadi bursa transaksi narkoba.

Penjualan barang yang memabukkan ini memang terbilang sangat rapi. Ada bagian terima pasokan, tukang bungkus (pengepak), bagian penyimpan barang, penjaga pintu masuk, kasir berjalan tukang sinyal (pemukul tiang telepon) sampai spesialis untuk meneriakkan ‘maling’ jika polisi merangsek memburu narkoba ke perumahan itu.

Bagian-bagian ini selain mendapatkan upah yang sangat menjanjikan mereka juga umumnya dilengkapi telepon selurar atau HP. Tujuannya yaitu untuk memudahkan komikasi antara satu dengan yang lain jika ada hal-hal atau ‘gerakan’ yang mencurigakan atau polisi akan melakukan penggrebekan.

Pernah sejumlah petugas berpakaian preman melakukan pengintaian untuk mencari titik tempat transaksi. Namun ditengah pengamatan itu tiba tiba muncul beberapa ibu-ibu memukul tiang telepon secara berulang-ulang dengan sekuat tenaga. Pemukulan tiang telepon itu disambut oleh ibu-ibu yang lain dengan berteriak maling dan sudah disepakati pemukulan tiang telepon itu merupakan tanda ada polisi yang masuk.

“Dari tanda itu, warga kemudian berbondong-bondong keluar rumah dan mengejar para polisi itu. Jika mereka mengetahui polisi masuk, warga dengan serempak akan menutup semua portal dan mengepung polisi,” kata seorang petugas reserse narkoba Mapolsek Cengkareng.

Awal Februari lalu, saat ratusan petugas gabungan melakukan razia secara besar besaran di perumahan itu, ratusan warga malah menyambut kedatangan petugas dengan lemparan batu dan ratusan pedang samurai. Sambil berteriak maling, warga secara bersama sama berupaya mengusir polisi. Dari kenyataan ini, tampaknya warga tidak ingin petugas mengotak-atik bursa narkoba di lingkungan mereka dan berupaya keras menghalau kedatangan petugas.

Mungkin, kondisi inilah yang membuat petugas enggan melakukan razia setiap hari (berkelanjutan). Sebab setiap kali dilakukan razia, warga selalu melawan.

Pernah seorang pemuda berusia 27 tahun tewas ditembak karena menyambut kedatangan polisi dengan sebuah golok terhunus. Ditengah perlawanan warga, pemuda itu maju dengan sebilah golok

Selain itu, polisi juga tampaknya kesulitan untuk mendeteksi sistem transaksi yang mereka lakukan. Sebab, antara pemasok, bandar dan pembeli selalu berhubungan dengan telepon seluler. Biasanya setelah narkoba dipasok ke dalam, para bandar diperumahan itu tidak pernah menyertakan barang bukti saat bertransaksi.

Jika ada pesanan, para bandar meletakkan begitu saja barangnya ditepi jalan atau menggantungkannya di tiang listrik atau diranting pepohonan. Setelah barang itu diletakkan ditempat itu tadi, bandar lalu menghubungi pembeli untuk mengambilnya dan pembeli juga menyerahkan uangnya ditempat yang berbeda sesuai tempat yang telah ditentukan. Bagian pengambilan uang juga dilakukan oleh orang yang berbeda.

“Saat pembeli mengambil barang sudah ada orang yang mengawasi dia, tujuannya agar pembeli aman dan tidak mudah tertangkap tangan oleh petugas, kata seorang warga.

Selain itu, para bandar juga pintar dan tidak mudah dikelabui, mereka hanya melayani pembeli yang sudah biasa membeli atau langganan. Untuk menjaga kekompakan, sesama bandar saling menghargai dan mereka tidak saling serobot langganan. Saling menghargai ini juga bertujuan agar polisi tidak mudah memecah belah antara bandar dan mengantisipasi jika ada polisi yang menyamar dengan berpura pura sebagai pembeli.

Kompelek Perumahan Permata memang tidak kumuh. Mayoritas bangunan rumah di komplek tersebut terbuat dari beton dan bertingkat. Rumah tersebut berdiri berjejer dengan rapi dan suasana di perumahan itu juga terlihat tenang dan aman.

Diperumahan itu terdapat 12 RW dan antara warga saling menghargai serta selalu membantu jika ada warga yang mengalami kesulitan. Bantuan itu tidak mengenal kata utang-piutang atau lainnya, yang ada hanya kata saling membantu dan rasa kebersamaan diantara warga. Rasa kebersamaan inilah yang membuat antara warga saling memiliki, tanpa rasa risih bila tetangganya berbisnis barang haram.

Perumahan itu memiliki beberapa ruas jalan diantaranya Jalan Kristal, Jalan Mirah, Jalan Safir dan sejumlah ruas jalan kecil lainnya. Keberadaan perumahan Permata atau yang sering disebut orang sebagai Kampung Ambon ini seiring dengan rencana Gubernur DKI Jakarta yakni Ali Sadikin untuk melestarikan bangunan bersejarah di Jakarta pada tahun 1971-1972. Salah satu bangunannya yaitu Gedung Kebangkitan Nasional atau bekas Gedung Stovia (sekolah kedokteran masa Belanda).

Awalnya bangunan itu ditempati oleh bekas tentara Belanda atau KNIL dan setelah kemerdekaan mereka bergabung dengan TNI dan umumnya mereka itu berasal dari Maluku. Sebelum mereka dipindahkan dari bangunan itu, Gubernur kemudian membangun perumahan di Kedaung Kaliangke yaitu perumahan Permata. Setelah perumahan itu selesai dibangun, ratusan warga Maluku lalu dipindah ke komplek tersebut.

“Selama ini, kawasan Kompleks Ambon dikenal sebagai daerah merah atau daerah yang sangat rawan dengan pemakaian narkoba. Para pengedar bahkan menekan para warga sehingga hanya pasrah dengan keadaan. Selain itu, mereka memanfaatkan jaringan seperti pangkalan ojek, warung ataupun yang lainnya sebagai perpanjangan tangan mereka,” kata Brigjen Indradi Thanos.

Setelah kita memasuki era kehidupan dengan sistem komunikasi global, dengan kemudahan mengakses informasi baik melalui media cetak, TV, internet, komik, media ponsel, dan DVD bajakan yang berkeliaran di masyarakat, tentunya memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita. Setiap fenomena yang ada dan terjadi di dunia, tentunya akan memberikan nilai positif sekaligus negatif. Sangat tergantung pada pola pikir dan landasan hidup pribadi masing-masing.
Setiap individu dari kita akan merasa senang dengan kehadiran produk atau layanan yang lebih canggih dan praktis. Tidak terkecuali teknologi internet yang telah merobohkan batas dunia dan media televisi yang menyajikan hiburan, informasi serta berita aktual. Begitu juga, handphone yang telah membantu komunikasi sesama manusia untuk kapan saja meskipun satu dengan yang lainnya berada di dunia Utara-Selatan atau belahan Timur – Laut.

Teknologi + Kebebasan – Edukasi = Kehancuran

Setiap teknologi memberikan efek positif dan negatif . Maraknya penggunaan ponsel telah menurunkan interaksi individu secara langsung. Hal ini akan cenderung membuat pola hidup manusia menjadi indivualistis. Dampak negatif ini tentunya dapat dikurangi bahkan dihindari jika saja si pengguna memiliki pemahaman/pengetahuan, etika dan sikap yang kuat (bijak-positif) untuk memanfaatkan sesuatu secara selektif dan tepat guna.
Inilah titik permasalahannya bagi anak dan remaja. Penyaring internal (pemahamam, etika dan sikap) anak dan remaja kita masih sangat rapuh. Di era kompleksitas arus kehidupan saat ini, orang tua (terutama di perkotaan) telah kehilangan daya mendidik dan membangun keluarga bagi anak-anaknya. Hal ini diperparah dengan maraknya “racun-racun” yang diterima oleh anak-anak kita saat ini. Adegan-adegan kekerasan, seksual, mistik, dan hedonisme di media TV, koran dan internet, serta sistem pendidikan sekolah yang gagal membangun karakter anak, telah menyerang anak-anak kita saat ini.
Di sisi lain, rendahnya regulasi dan law inforcement dari pemerintah dan aparaturnya, telah menyebabkan oknum-oknum perusak generasi muda kita “berkembang biak: secara pesat. KKN antara pihak penguasa dengan pengusaha dalam regulasi, publikasi dan distribusi media menyebabkan jutaan pemimpin masa depan Indonesia di ujung kepunahan. Sederet keprihatinan anak dan remaja saat ini seperti kenakalan remaja, pola hidup konsumtif-hedonistik, pergaulan bebas, rokok, narkoba, dan kecanduan game on line hampir menuju budaya “gaya hidup” remaja masa kini.
Teknologi tanpa filtrasi (perlu regulasi agar kebebasan tidak jebol) dan rapuhnya edukasi/karakter manusia mengakibatkan kehancuran bangsa.

Rokok, Narkoba, Seks, dan AIDS

Ditengah berita siswa-siswi berprestasi dalam ajang penelitian, olimpiade sains, seni dan olahraga, anak muda Indonesia saat ini terancam dalam masa chaos. Jutaan remaja kita menjadi korban perusahaan nikotin-rokok. Lebih dari 2 juta remaja Indonesia ketagihan Narkoba (BNN 2004) dan lebih 8000 remaja terdiagnosis pengidap AIDS (Depkes 2008). Disamping itu, moral anak-anak dalam hubungan seksual telah memasuki tahap yang mengawatirkan. Lebih dari 60% remaja SMP dan SMA Indonesia, sudah tidak perawan lagi. Perilaku hidup bebas telah meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat kita.
Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa :
- Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
- Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.
- Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.
- Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan.
- Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno
.

Pengakuan Siswi SMA, Beginikah Remaja Kita?

Sekarang gue lagi jomblo. Sudah dua tahun putus. Sakit juga! Habis pacaran empat tahun, dan sudah kayak suami-istri. Dulu, tiap kali ketemu, gejolak seks muncul begitu saja. Terus ML (making love) deh. Biasanya kita lakuin kegiatan itu di hotel. Kadang di rumah juga, kalau orang rumah lagi pergi semua. Kalau rumah nggak lagi sepi ya paling cuma berani ciuman dan raba sana-sini. Buat gue, semua itu biasa. Gue nglakuinnya karena merasa yakin doi bakal jadi suami gue. Gue nggak takut dosa. Kan kita sama-sama mau, jadi nggak ada paksaan. Dosa terjadi kan kalau ada paksaaan. Gitu menurut gue! Waktu putus, gue nggak nyesel sudah nglakuin itu, habis, mau gimana lagi! Santai saja! Tentang pendidikan seks, gue nggak pernah terima dari orangtua. Paling dari teman, majalah, buku, atau film”
Itulah penuturan Neila (samaran), pelajar kelas 3 sebuah SMA di Jakarta Timur, yang baru saja menjalani UAN. Tanpa beban, remaja manis bertubuh mungil ini menceritakan pengalamannya. Ia dan sang kekasih tahu harus melakukan apa supaya hubungan seks pranikah itu tidak membuatnya hamil.
Sampai saat ini, Neila yakin orangtuanya sama sekali tidak tahu perilaku putri keduanya itu. ”Gue nggak bakal ceritalah, bisa mati mendadak mereka. Teman malah ada yang tahu, tentu saja yang punya pengalaman sama,” katanya sambil memilin-milin rambutnya.

Menurutnya, ML di kalangan remaja sekarang bukan hal yang terlalu asing lagi. Malah, ada yang sengaja merayu pria dewasa yang bisa ditemui di mal dan tempat umum lain, untuk mendapatkan uang atau barang berharga, seperti telepon seluler model terbaru, jam tangan bermerek, baju, sepatu, tas, dan sebagainya. ”Bukan profesi sih, cuma iseng. Hitung-hitung bisa buat gaya. Mending gue `kan, yang nglakuinnya cuma sama pacar dan bukan demi duit,” sergahnya.

Biarkan atau Bertindak?

Sudah seharusnya kita kembali ke akar budaya bangsa kita. Jauh sebelumnya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki nilai akar (root value) budaya yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan kesusilaan seperti tertuang dalam falsafah dan nilai Pancasila. Kondisi yang menimpa generasi muda saat ini, harus dibina dan dididik agar mereka menjadi pemimpin yang memiliki moralitas yang tinggi untuk membangun bangsa dan negaranya.
Semua pihak haruslah merasa bertanggung jawab atas kasus ini. Disamping orang tua, peran masyarakat sangatlah penting. Sistem pendidikan kita juga harus diubah. Jangan naikkan anggaran tanpa meningkatkan nilai yang sesungguhnya dari pendidikan. Pemerintah sudah seharusnya tegas melaksanakan undang-undang, dan para pengusaha, pedagang, dan web internet cobalah berhenti menyebarkan hal-hal yang merusak (karena generasi kita masih rapuh).

Berdasarkan World Drugs Report (UNODC), pasar narkoba per tahun dibanjiri oleh 100 ton heroin, 100 ton kokain, ganja, hasish dan ATS (XTC dan Shabu). Pada saat ini pasar Internasional dan regional bergeser dari narkotika ke ATS, kecuali Malaysia, Singapura dan Thailan masih terkendali.


Berdasarkan World Drugs Report (UNODC), pasar narkoba per tahun dibanjiri oleh 100 ton heroin, 100 ton kokain, ganja, hasish dan ATS (XTC dan Shabu). Pada saat ini pasar Internasional dan regional bergeser dari narkotika ke ATS, kecuali Malaysia, Singapura dan Thailan masih terkendali.
Hal itu diungkapkan Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (Kalakhar BNN) Drs. Gories Mere, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Konsultan Ahli BNN Prof. Paulina Parmohoedojo, MPH, pada acara temu pakar dalam rangka penyusunan Norma, Standar dan Prosedur (NSP) bidang pemberdayaan masyarakat, di Hotel Bintang, Jakarta, Selasa (17/3).
Selanjutnya Gories mengatakan, saat ini pasar nasional terus meningkat, terbukti dengan meningkatnya kasus narkoba sebesar 48 persen pertahun dan tersangkanya pun meningkat hingga 51 persen pertahun. Barang bukti juga meningkat cukup tinggi ditambah dengan tumbuhnya manufacture baik itu Clandestine Laboratory maupun Home Industri. “Kesimpulannya problem narkoba ditingkat dunia telah dapat ditahan, tetapi belum dapat dipecahkan dan diatasi,” kata Gories.
Menurut Gories Mere, diperlukan kepedulian masyarakat dalam memerangi penyalahgunaan narkoba. “Bagaimana kepedulian masyarakat itu dapat terwujud, tergantung pada bagaimana kita secara konsisten menerapkan kebijakan dan strategi yang telah kita tetapkan, termasuk di dalamnya bagaimana kita secara terarah memberi pedoman kepada masyarakat tentang berbagai program atau kegiatan apa yang harus dilakukan oleh siapa dan bagaimana caranya,” ujar Gories.
Dalam konteks peningkatan kepedulian ini, Gories berharap agar masyarakat sendiri mempunyai keinginan atau kemampuan untuk memobilitasi dirinya sendiri untuk memerangi bahaya narkoba. “Saya merasa optimis, temu pakar penyusunan norma, standar dan prosedur bidang pemberdayaan masyarakat ini, merupakan sarana yang efektif untuk mendapatkan masukan guna menyempurnakan konsep norma dan prosedur bidang pemberdayaan masyarakat yang akan diaplikasikan hingga ke Badan Narkotika Provinsi dan Kabupaten Kota di seluruh Indonesia,” harap Gories.
Temu pakar yang diprakarsai Bidang Pemberdayaan Masyarakat Pusat Pencegahan BNN, dihadiri para pakar dan pemerhati masalah narkoba dari sepuluh provinsi di Indonesia. Dalam dialog interaktif yang dipandu Prof. Paulina, berbagai aspirasi diungkapkan para pakar, diantaranya masalah lemahnya penegakan hukum bagi bandar narkoba. Mereka mengharapkan aparat penegak hukum bisa bertindak tegas. Terpidana mati kasus narkoba segera dieksekusi, agar tidak bisa lagi mengendalikan bisnis narkobanya dari penjara.

Sumber : BNN

Ciri-ciri pecandu

Bahaya narkoba akan mengancam siapa saja, mulai dari remaja, dewasa, sampai anak-anak banyak yang menjadi pengguna narkoba. Humas Polda Metro Jaya mewanti-wanti agar kita lebih waspada dan hati-hati.

Bagaimana mengetahui bahwa anggota keluarga kita jadi pecandu narkoba? Berikut ciri-ciri yang mudah diketahui pada pemakai narkoba.
--> Pecandu putaw- sering menyendiri di tempat gelap sambil dengar musik, malas mandi karena kondisi badan selalu kedinginan, badan kurus, layu selalu apatis terhadap lawan jenis.
-->Pecandu daun ganja- cenderung lusuh, mata merah, kelopak mata selalu mengetup terus, doyan makan karena perut merasa lapar terus dan suka tertawa jika terlibat pembicaraan lucu.
--> Pecandu sabu-sabu- gampang gelisah dan serba salah melakukan apa saja, jarang mau menatap mata jika diajak bicara, mata sering jelalatan, karakternya dominan curiga, apalagi pada orang yang baru dikenal, badan berkeringat, meski berada didalam ruangan ber-Ac, suka marah dan sensitive.
--> Pecandu Inex atau ekstasi, suka keluar rumah, selalu riang jika mendengar music house, wajah terlihat lelah, bibir suka pecah-pecah dan badan suka berkeringat, sering minder setelah pengaruh inex hilang.

Gempa Tektonik Ambon Hasilkan Patahan 3 Km

Gempa tektonik berkekuatan 7,2 Skala Richter yang terjadi Sabtu dinihari (28/1) pukul 01.58.25,0 WIT pada koordinat 04,47 Lintang Selatan - 128,95 bujur Timur arah Tenggara Pulau Ambon telah menghasilkan patahan pada garis pantai Teluk Telpaputih, Kecamatan Amahai (Maluku Tengah) sepanjang tiga km, kata Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Ambon, Beny Sipolo.

"Rupanya ada pergeseran dan benturan lempengan bumi yang memicu terjadinya patahan di bibir pantai teluk sepanjang tiga kilo meter sehingga masyarakat perlu waspada karena gempa yang kuat bisa menimbulkan patahan baru dan peluang gelombang air pasang (tsunami) bisa terjadi," kata Sipolo di Ambon, Selasa.

Teluk Telpaputih ini sudah pernah diguncang gempa dasyat pada tahun 1889 mengakibatkan dua kampung tenggelam bersama seluruh penduduknya yang sedang tertidur lelap dimalam hari.

Gempa tektonik satu abad lebih di masa silam ini juga turut mengguncang Pulau Ambon sehingga menyebabkan tsunami di kawasan Galala, Kecamatan Sirimau dan Desa Hutumuri, Kecamatan Baguala (Kodya Ambon).

Akibatnya, banyak rumah penduduk hancur ketika itu. Sipolo menjelaskan daerah pesisir Teluk Telpaputih juga sangat rawan dengan patahan-patahan baru akibat guncangan gempa sehingga BMG telah menyurati Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu agar melakukan koordinasi dan mengirim para pakar geologi untuk meneliti kawasan itu.

"Penelitian seperti ini sangat dibutuhkan karena hasilnya tentu sangat membantu masyarakat dan pemerintah sendiri untuk lebih waspada dan menghindar dari sekitar kawasan teluk," akuinya.

Gempa tektonik berkekuatan 7,2 SR yang berpusat di laut Banda dengan kedalaman 330 Km dibawah laut itu juga telah mengakibatkan kerusakan dua rumah penduduk di Tehoru (Malteng).

"Mengenai dua rumah yang rusak di Tehoru ini memang kami baru mendapatkan laporan tapi sejauh ini belum diketahui persis tingkat kerusakannya," kata Sipolo.

Sementara Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu yang dikonfirmasi secara terpisah mengakui telah mendengar adanya patahan garis pantai di Teluk Telpaputih dan rusaknya dua rumah penduduk namun belum ada laporan resmi Bupati Malteng.

"Saya belum mendapat laporan Bupati Malteng dan silahkan mengecek ke BMG Ambon, tapi yang jelas ada rumor yang berkembang telah terjadi patahan di garis pantai sepanjang tiga kilometer dan rusaknya dua rumah warga di Tehoru," kata Gubernur