About Me

Foto saya
tangerang, Banten
aq adlh org maluku asli walaupun msh ad darah betawi n belanda tp aq lebih senang bl m'artikan diri ku ini org ambon........ karna m'nurut aq orang ambon lebih pny rasa prsaudaraan yg kuat dr pada smw suku d indonesia dan walaupun org ambon tdk knl sapa sdr2 na yg ad d negri kincir angin tp disana mereka lebih tahu silsilah keluarga mereka d tanah pattimura..... Jd saya bangga jd org Maluku n Indonesia

Jumat, 13 Maret 2009

[INDONESIA-L] JOSHUA - Ambon yang Bernasib Buruk (2)

From: "Joshua Latupatti" <joshualatu@hotmail.com>
To: apakabar@radix.net
Subject: AMBON YANG BERNASIB BURUK (2)
Date: Thu, 04 May 2000 06:36:08 PDT

AMBON YANG BERNASIB BURUK (2)
----------------------------------------------------

Salam Sejahtera!

(lanjutan)

Lalu…., terjadilah semacam pengejaran terhadap orang Ambon-Kristen
dimana-mana!!! Masalah diperluas, hasutan diperbesar, sehingga
bukan saja Ambon-Kristen, tetapi semua yang berbau Kristen jadi
sasaran kebencian massa Muslim. Orang Ambon-Kristen yang tidak
ingin terlibat dengan pertikaian, atau yang terpaksa mengungsi da-
ri Ambon, seakan menjadi "buron" lagi dinegaranya sendiri. Salah
langkah sedikit, misalnya dengan menumpang kapal laut yang salah,
yang melewati Makassar dan Bau-Bau, maka nyawa mereka akan mela-
yang setelah disiksa. Tidak ada pengecualian, wanita, anak, ba-
yi dan nenek, semua dibantai. Mumpung lebih banyak, dimana-
mana muncul kelompok 'Pembela Islam' dengan tujuan mengintimida-
si, mengejar, menghajar dan bahkan membunuh orang Kristen yang di-
temui. Padahal, Ambon-Muslim tidak sedikitpun disentuh dan ma-
lah dilindungi pada daerah-daerah mayoritas Kristen. Apakah
Ambon bukan sebagian dari "Proyek Nasional Pembersihan Kristen??"

KOMPAS memberitakan bahwa Majelis Ulama Indonesia atau MUI ingin
membuat buku tentang kerusuhan Ambon (dan Maluku). Bagi saya,
ada beberapa hal yang harus MUI lakukan/sertakan di dalam penu-
lisan tersebut. Jika tidak, hal ini hanya akan merupakan satu
lagi "usaha baru" di dalam 'Proyek Nasional Pembersihan Kristen",
lewat Ambon-Kristen yang benar-benar bernasib buruk!! Hal-hal
yang mesti MUI jelaskan antara lain seperti:
- Mengapa 'secara kebetulan', Ketua sebuah Majelis Ulama di Maluku
harus diketuai oleh seorang 'bukan Ulama', tetapi 'Perwira Polisi
aktif (Letkol) bernama R. Hasanusi???
- Apa sebabnya kelompok Nahdatul Ulama (NU) dan PKB meninggalkan
rapat konsolidasi Umat Islam Maluku, di dalam rangka pembentukan
Posko dan Tim Advokasi "Idul Fitri Berdarah"???
- Mengapa Posko dan Tim Advokasi "Idul Fitri Berdarah' sudah ter-
bentuk dan diresmikan oleh MUI-Maluku 13 hari sebelum konflik per-
tama, tepatnya pada tanggal 6 Januari 1999???
- Mengapa Posko dan Tim Advokasi itu menggunakan istilah "Idul
Fitri Berdarah", sebelum peristiwa berdarah sebenarnya pada hari
Lebaran tersebut???
- Apakah tugas seorang Ketua MUI termasuk "Mengumpulkan, Membawa,
dan membayar 60 orang Pemuda Muhammdiah Makassar" untuk berjihad
ke Ambon???
- Jika MUI, sebagai Majelis "Ulama", tahu persis duduk perkaranay
Kerusuhan Ambon, dari awal hingga akhir, "atas dasar apa Majelis
Ulama "merestui' laskar jihad sabililah untuk ke Ambon???
- Jika MUI, sebagai Majelis "Ulama", tidak tahu-menahu dengan per-
soalan Ambon, dan ingin "mencari kebenaran", mengapa tidak berdia-
log dengan Pengurus Daerah NU dan PKB Maluku???
-dll.sb.

Apa yang diusulkan Thamrin Tomagola dengan "Koleksi Dua Pihak" ,
memang ada benarnya, tetapi juga punya kelemahan. Jika data PGI
dan MUI pada suatu peristiwa yang "sama", ternyata "berbeda jauh",
apakah tetap juga disertakan secara mentah begitu??? Saya tidak
ingin menuduh, tetapi seorang sosiolog seperti Dr. Th. Tomagola,
seharusnya tahu bahwa "usulannya" ini mengandung bahaya yang ju-
ga mengancam 'proses rekonsiliasi' yang dia sendiri terlibat, dan
yang katanya sangat memprihatinkannya! Jika data kedua pihak
dibukukan, bearti "dua kebenaran dinyatakan SAH!!!", Kebenaran
MUI dan Kebenaran PGI. Jika 'Kebenran MUI dipegang oleh seba-
gian saja Muslim yang awam dan tak tahu apa-apa, dan hal ini lo-
gis, apakah Tomagola sudah bisa melihat hasil akhirnya??? Bukan-
nya membaik, tetapi konflik Ambon akan semakin parah dan meluas
ke seluruh pelosok tanah air. Dari sinilah saya meragukan itikad
baik Tomagola untuk Ambon!!! Nasib Ambon saya tetap saja tidak
berubah!!!!!

Coba pertentangkan berita dari kedua pihak tentang masalah senja-
ta api atau senjata organik. Data PGI mungkin akan berisi hal-
hal seperti disitanya ratusan pucuk senjata api di Galunggung(Mus-
lim), pembagian senjata api oleh Al Fatah, pengiriman pistol, pe-
luru dan granat lewat peti obat-obatan dengan alamat Kakanwil Ke-
sehatan Maluku, Dr. Polanunu, atau lewat 'peti mati' yang ditangi-
si para wanita berjilbab sebagai sanak-kerabat yang berduka.
Sebaliknya data MUI tidak akan jauh dari pasokan senjata oleh Be-
landa, Belgia dan Israel, berjumlah 12 peti kemas atau kontainer,
dan katanya dibawa dengan kapal peti kemas ke Ambon. Pelabuhan
yang digunakan untuk membongkar 12 peti kemas ini adalah pelabuh-
an "Hutumuri". Rasa "sentimen Barat" yang dibangkitkan, serta
dendam dan kebencian terhadap Kristen yang disebar dengan gencar
akan membuat banyak Muslim awam memilih percaya pada data MUI.
Tidak ada yang mau berpikir logis, bagaimana sebuah kapal sebesar
kapal peti kemas bisa tak terdeteksi memasuki perairan Indonesia
dan ke Ambon????? Bagaimana membongkar 12 peti kemas di pelabuh-
an Hutumuri yang adalah sebuah "desa", dan yang dinamakan pelabuh-
an itu, adalah pantai yang bisa disinggahi perahu atau speed boat
yang melayari pantai-pantai Ambon dan sekitar????? Saya tahu
bahwa nasib Ambon malah akan lebih buruk dengan berita seperti
ini, tetapi apakah MUI memang merasa berita seperti ini layak un-
tuk "disahkan"??? Bagaimana pendapat Dr. Thamrin Tomagola?????

Acara "Kilometer Nol" yang terakhir menyertakan seorang 'sosiolag'
muda , Dr. Imam Prasojo, untuk berbicara tentang Ambon. Imam
diminta bicara karena katanya dia baru dari sini, tinggal selama 3
hari. Imam Prasojo berkomentar bahwa apa yang dilakukan Presiden
Gus Dur dan barusan, Wapres Megawati, 'tidak efektif' karena tidak
menyentuh sampai ke 'akar lapisan masyarakat' (istilah yang digu-
nakannya adalah "grass root"). Berbicara kepada pemuka agama
dan pemuka masyarakat tidak membawa hasil masimal. Jika hanya
seperti ini komentar seorang "sosiolog" , apa bedanya dengan
pembicaraan banyak orang lain??? Sesudah Presiden dan Wapres
selesai "mengisi" para pemuka agama/masyarakat tadi, apakah kini
bukan "tugas" para pemuka agama/masyarakat tersebut untuk "turun
ke bawah"????? Jika proses rekonsiliasi tetap tidak jalan seba-
gaimana mestinya, tidakkah yang perlu dipertanyakan adalah kerja
para pemuka agama/masyarakat tersebut??? Saya sendiri sangat
tidak yakin bahwa Imam Prasojo sendiri mampu menyentuh 'grass
root' seperti yang diiysratkannya kepada Presiden/Wapres. Kata-
nya, peristiwa pasca acara rekonsiliasi Kudamati-Waihaong atas pa-
ra pemuda Kudamati adalah karena "pawai waktu Magrib", dan "ba-
nyak yang tidak tahu"!!! Kudamati dan Waihaong itu daerah yang
relatif kecil dibandingkan dengan daerah di Jakarta, misalnya Ma-
traman. Di dalam situasi seperti ini, seorang sakit perut saja,
seisi desa ikut tahu. Apakah mungkin ada warga Muslim Waihaong
yang tidak tahu, bahwa hari itu ada "pesta rekonsiliasi" antara
mereka dengan Kudamati yang "begitu terkenal"????? Jika pawai
dilakukan bersama, artinya para pemuda Waihaong juga melanggar
aturan 'Magirb' mereka sendiri!! Mengapa mereka ditegorpun ti-
dak???? Jika mereka memang benar-benar "berniat" baik, mengapa
para peserta acara rekonsiliasi dari Waihaong, tidak membela kebe-
naran bahwa Kudamati memang masuk Waihaong karena mereka sudah
bersumpah untuk saling memaafkan dan melupakan?????

Sayang kalau seorang Doktor Ilmu Sosial yang diakui secara nasio-
nal seperti Imam Prasojo, hanya mampu menelan alasan-alasan bodoh
seperti "pawai waktu Magrib dan Tidak tahu". Sayang kalau sosio-
log Indonesia hanya mampu mengomentari kerja orang lain sebagai
tidak menyentuh 'grass root', padahal dia sendiri tidak mampu sam-
pai menyentuh "akar masalah" yang benar di Ambon!!!! Imam Pra-
sojo sebagai anggota 'Tim Rekonsiliasi Ambon/Maluku' seperti yang
diakuinya, seharusnya memberikan komentar bahwa "pembentukan
laskar jihad sabililah" itu sendiri adalah penghalang utama proses
rekonsiliasi dan perusak 'grass root' nomor satu!!! Apakah Imam
Prasojo tidak tahu, bahwa "show" laskar jihad di TV dan surat ka-
bar itu hanya semacam kamuflase???? Mereka mencak-mencak min-
ta dikirim ke Ambon untuk memalingkan muka banyak orang bahwa se-
bagian besar sudah menyusup duluan ke Ambon. Jika penyusup-pe-
nyusup tadi membuat atau merangsang warga Muslim untuk membuat
konflik baru, seperti Batu Merah - Mardika terakhir ini, bukankah
orang tidak menoleh ke sana karena secara resmi, mereka dilarang
ke Ambon dan karena itu pula, mereka sudah "pulang kampung"????
Tidakkah Imam Prasojo membaca alasan pembentukan laskar jihad sa-
Bililah yang "direstui" si Drakula Politik Amien Rais, bahwa me-
reka prihatin dengan nasib sesama Muslim di "Maluku Utara", te-
tapi yang pada akhirnya mendarat di Ambon???? Mengapa Ambon????

Sebelum saya sudahi ocehan saya, saya ingin memberikan satu con-
toh kecil, bagaimana sikap fanatisme kedaerahan dan fanatisme
agama yang picik, diperlihatkan secara nasional terhadap orang Am-
bon-Kristen. Perhatikan siaran Tinju Pro-nya Indosiar setiap Ka-
mis dan Jumat tengah malam (hampir pagi di Ambon sini), yang
dikomentari Syamsul Anwar Harahap dan Undang S. Jika petinju
yang naik itu Ambon-Kristen, maka tidak ada komentar yang positif
sedikitpun bagi mereka. Pukulan mereka 'tak terlihat' tetapi
kesalahan sekecil apapun, kelemahan sekecil apapun, selalu dibe-
sar-besarkan!!! Jika dua petinju Kristen yang berlaga, satu dari
Ambon dan satu dari Menado atau Timor, maka si Ambon-lah yang ja-
di sasaran 'semua-salah'-nya Syamsul dan Undang. Ketika Rach-
man Kili-Kili (Muslim) merebut juara nasional, dia tampil prima,
bersih, dan menang. Saya sangat menyukai petinju yang satu ini,
karena bermain bersih, pukulannya bervariasi, dan bidikannya amat
jitu! Waktu itu, Rachman Kili-Kili menjadikan Dozer Tobing se-
perti "badak yang putus asa", yang dijadikan "sansak hidup" sepan-
jang pertandingan. Saya yang biasanya kuatir dengan stamina
Rachman, akhirnya lega, karena dia tidak kedodoran walaupun sudah
begitu banyak melepaskan pukulan. Apa lacur???? Kemenangan
"round to round" si Rachman Kili-Kili ini bukannya dipuji si ker-
dil mental, Sayamsul Anwar Harahap, dan Undan S., dia malah dile-
cehi sepanjang malam dengan omongan "tidak mampu", hanya karena
Dozer Tobing tidak terjungkal di kanvas, dan karena "pelatih Rach-
man mungkin orang Kristen dari Ambon"!!! (koreksi saya kalau sa-
ya salah, dan maaf). Jika manusia-manusia di dalam olah raga
bermental seperti ini, lalu tertular ke bidang-bidang yang lain,
seperti yang terlihat di militer, dll., bagaimana nasib in bangsa
dan bagaimana nasib Ambon saya nanti??????

Saya percvaya, Ambon adalah sebuah 'test case' semata-mata. Se-
telah pilar-pilar Pela-Gandong digerogoti, ekspansi makassar di-
akselerasi, terdepaknya Ambon-Kristen dari berbagai bidang pada
sektor formal, dan masih tetap diam, banyak yang menyangka, atau
paling tidak, perencana Proyek Nasional Pembersihan Kristen me-
nyangka bahwa Ambon akan ditaklukan dalam beberapa jam saja,
seperti sesumbar mereka menjelang Idul Fitri Berdarah dimulai.
Jika demikian, Ambon tidak lebih dari Situbondo, Ketapang, Depok,
Doulos, dll., domba yang disembelih tanpa suara. Kasus Poso akhir
ini memberi kesan bahwa Ambon membuat banyak pemimpin kelom-
pok "ekstrim hijau" yang gigit jari. Intimidasi dan teror ser-
ta ketakutan yang dilakukan seperti pada Poso, seharusnya berlaku
juga di Ambon, dan natninya Menado dan Irian. Dengan demikian,
pada saatnya nanti, hanya dengan "satu auman nasional", para
domba beserta Cina-nya akan lari lintang pukang dan membiarkan
daerahnya "dihijaukan".

Dosa besar di Ambon, adalah bahwa di sana "terlalu banyak domba
yang tidak mau disembelih"!!!!! Domba-domba ini telah memmbu-
yarkan harapan, mengecewakan, dan membuat marah para "kambing hi-
jau" dan antek-antek penunggang agama mereka. Oleh karena itu,
mereka-mereka yang kebakaran jenggot ini berusaha mati-matian,
agar proses rekonsiliasi tidak jalan, pengrekrutan dan pengiriman
laskar jihad tetap dilakukan, alasan-alasan palsu berdasarkan ke-
prihatinan agama tetap dikumandangkan, provokasi dan pamflet anti
Kristen tetap disebarkan, supaya Ambon tetap membara dan akhir-
nya mati, sekali untuk selamanya. Bergajul-bergajul bertopeng
alim-ulama dan perwira satria ini akan memukul 'dua lalat' seka-
ligus, yaitu "Ambon dan Kristen", Serta "Gus Dur dan Mega"!!!!!
Mereka tidak mungkin melakukan perang frontal, karena mereka yang
adalah "turunan pengecut licik", merasa PDI-P dengan satgasnya,
dan NU-PKB dengan Banser dan Pagar Nusanya terlalu kuat untuk di-
hadapi langsung. Biarlah Ambon-Kristen kita jadikan tumbal po-
litik dan nafsu serakah kekuasaan mereka, kata si kambing. Sa-
yangnya saudara Pela-Gandong saya yang Muslim di Ambon sini lebih
percaya dan berharap pada provokasi dan janji-janji muluk-muluk
gerombolan kambing hijau. Mereka tidak pikir bahwa mereka ju-
ga adalah tumbal politik dan keserakahan kelompok kambing hijau.
Apa mereka pikir bahwa Makssar tidak akan mengamuk seandainya
Yusuf Kala digantikan oleh Thamrin Saimima, misalnya???? Sayang,
Saudara Pela-Gandong saya ini tidak "sepandai" Muslim Melayu di
Sambas.

Sungguh, mata saya panas melihat nyanyi besama saudara-saudara
Pela-Gandong dan kerabat mereka di akhir Kilometer Nol tadi pagi!!!
Hati saya menangis, alangkah tidak beruntungnya Ambon saya yang
dulunya begitu manis dan damai. Saya jadi meriding membayangkan
bahwa jika para drakula politik yang rakus dan begundal-begundal
penghasut tidak bisa dibungkamkan, maka bukan tidak mungkin, se-
luruh negeri ini akan menjadi Ambon-Ambon yang bernasib buruk, dan
kita semua terperangkap di dalamnya. Tuhan Yesus, jauhkanlah
prahara itu dari Indonesia!!! Biarlah hanya Ambon, pertama dan
terakhir!!!

Salam Sejahtera!
JL.

0 komentar: