About Me

Foto saya
tangerang, Banten
aq adlh org maluku asli walaupun msh ad darah betawi n belanda tp aq lebih senang bl m'artikan diri ku ini org ambon........ karna m'nurut aq orang ambon lebih pny rasa prsaudaraan yg kuat dr pada smw suku d indonesia dan walaupun org ambon tdk knl sapa sdr2 na yg ad d negri kincir angin tp disana mereka lebih tahu silsilah keluarga mereka d tanah pattimura..... Jd saya bangga jd org Maluku n Indonesia

Jumat, 13 Maret 2009

Polres Pulau Ambon Ciduk Panglima Perang RMS


Ambon, Sinar Harapan
Personel Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Minggu (20/4), menciduk Panglima Perang Republik Maluku Selatan (RMS), John Rea, bersama delapan anak buahnya saat melakukan rapat gelap, Minggu (20/4), di kediamannya yang terletak di Dudun Batubulan, Kelurahan Batu Gajah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, AKBP Teguh Budi Prasojo yang dikonfirmasi SH, di Mapolres Pulau Ambon, Senin (21/4) pagi, menjelaskan delapan anak buah Panglima Perang RMS John Rea yang turut ditangkap saat itu adalah Johanes Tuhuteru, Jefry Soulissa, Joseph Lesnussa, Elisa Roberto Mattinahoruw, Reinhard Nanlohy, Philipus Nurlatu dan Sandi Lalopua.
”Selain Panglima Perang RMS bersama anak buahnya, kami juga berhasil menemukan sejumlah bukti berupa dokumen-dokumen penting terkait dengan gerakan separatis Maluku ini,” jelasnya. Menurutnya, aparat kepolisian sejak lama sudah mengintai gelagat kelompok yang dipimpin John Rea setelah ada laporan dari masyarakat.
”Namun kami baru menciduk ketika dipastikan mereka sementara melakukan rapat di kediaman John Rea,” jelasnya. Menurut Kapolres, rapat gelap semacam ini sudah beberapa kali dilakukan oleh para pengikut RMS bahkan lokasi rapat sering berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya di Kota Ambon.
Kami juga mendapatkan sejumlah barang bukti yang kaitannya dengan RMS di rumah John Rea yang terdiri atas dua lembar surat Keputusan Panglima Perang RMS Nomor 01/APRMS/KEP/2002 tanggal 2 Mei 2002, lima lembar Surat Pemberian Kuasa/Tugas dari Pemerintahan Darurat RMS di tanah air Amboina tanggal 3 Januari 2000, struktur organisasi, satu buku dengan judul ”Pemerintahan Darurat Republik Maluku Selatan di Tanah Air Amboina”, surat dari PBB yang berjudul "Economic and Social Council" tertanggal 27 April 2000, satu buku dengan judul "Apa Sudah Diwartakan di
Belanda" yang di depannya berlogo Republik Maluku Selatan, satu buku Dewan Maluku Selatan, delapan lembar kliping foto bendera RMS, 13 lembar proposal dalam bahasa Belanda.
Selain itu, juga disita satu buku Undang-undang Dasar Sementara RMS, satu lembar lagu kebangsaan RMS, satu lembar struktur Badan Pemerintah Darurat Republik Maluku di Tanah Air Amboina, satu buah paspor atas nama John Rea dan permohonan visa ke Inggris, dua buah topi yang di depannya ada bendera RMS, dua buah aksesoris kain bendera RMS, satu buah cap RMS, serta dua buah teleskop.
”Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik pembantu terhadap para tersangka ternyata semuanya adalah anggota RMS dan bukan anggota FKM,” ungkapnya.

Sementara itu, ratusan warga Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Sabtu (19/4) melakukan aksi unjuk rasa menolak keberadaan Front Kedaulatan Maluku (FKM) yang merupakan organisasi sempalan Republik Maluku Selatan (RMS) di Provinsi Maluku. Aksi tersebut disasarkan pada tiga lokasi yaitu Kantor Gubernur Maluku, Makodam XVI/Patimura dan Mapolda Maluku.

”Kami juga menolak adanya upaya kelompok-kelompok tertentu yang akan menggelar peringatan hari ulang tahun RMS 25 April mendatang dan barang siapa yang nekat melakukan kegiatan tersebut harus segera ditangkap dan diadili seberat-beratnya,” tandasnya. (izc)

0 komentar: